allah menjelma menjadi manusia
Liputan6com, Cilacap - Dalam beberapa kesempatan, ketika Malaikat Jibril hendak menemui Nabi SAW, ia menjelma menjadi manusia biasa. Keterangan perihal malaikat menjelma menjadi manusia ditemukan dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Sosok malaikat yang berubah wujud menjadi manusia dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Maryam ayat 17:
SebagaiAnak Allah yang menjelma menjadi manusia yang dilahirkan dan hidup di dunia, Yesus mengajar, memberi teladan, membuat mukjizat, disalibkan dan bangkit dari kematian supaya manusia menjadi orang BENAR yang memiliki KASIH seperti diri-Nya, agar mendapatkan KESELAMATAN karena telah dibenarkan oleh Allah yang memeriksa dan
Allahberfirman, "Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalamAl-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempatdi sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka.Lalu Kami utus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalambentuk) manusia yang sempurna." (Maryam: 16-17)
Konsepmemanusiakan manusia merupakan sikap berpegang kepada nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan nilai tali persaudaraan. Istilah memanusiakan manusia bagi saya, secara sederhana merupakan upaya yang membuat manusia menjadi lebih berbudaya dan berakal budi. Dengan begitu maka sesama manusia harus menerapkan sikap saling
Seringkali umat Kristen menggunakan pemikiran tentang Kemahakuasaan Allah sehingga Allah bisa menjelma menjadi apa saja seperti yang dikehendakiNya. Masalahnya bukan bisa atau tidak bisa Tuhan menjadi manusia, tapi apakah secara historis dan kenyataan Tuhan pernah menjadi manusia? Secara historis memang tidak ditemukan bukti-bukti Tuhan
Aucune Rencontre N Arrive Par Hasard Pdf. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK Apakah sebenarnya Natal itu? Natal adalah hari kelahiran Kristus. Siapakah Kristus? Dia adalah Allah. Allah kok dilahirkan? Tidak! Yang dilahirkan adalah Ia yang menjelma menjadi manusia. Jadi Natal adalah peristiwa di mana Allah menjelma berinkarnasi menjadi manusia. Itulah yang dikatakan Kitab Suci. gadget, bisnis, otomotif Yohanes 114 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, …” Roma 95 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin! 1 Timotius 316 “…"Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia,…”. Pertanyaan bagi kita adalah mengapa Allah mau atau harus menjadi manusia di dalam Natal? Kitab Suci berkata bahwa semua manusia adalah orang berdosa. Roma 323 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” Dan Allah itu Allah yang adil sehingga Ia tidak akan membebaskan orang berdosa dari hukuman. Nah 13 - TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah….”. Dosa lalu mengikat manusia sehingga manusia tidak bisa melepaskan diri dari dosa. Karena Allah itu adil maka semua manusia harus dihukum oleh Allah dan hukuman Allah bagi dosa manusia adalah kebinasaan kekal dalam neraka. Wahyu 218 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua." Tentang neraka ini, ada beberapa hal yang perlu diketahui. Pertama, Neraka itu merupakan suatu tempat yang nyata dan betul-betul ada. Ada banyak orang yang tidak percaya adanya neraka. Kalau mereka tidak percaya adanya neraka, saya justru yakin bahwa mereka akan masuk ke neraka. Pada saat itu mereka akan percaya akan adanya neraka, tetapi sudah terlambat! Kedua, Neraka adalah tempat di mana orang terpisah dari Allah selama-lamanya, tanpa bisa dipulihkan kembali. 2 Tesalonika 19 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” Padahal bersama Tuhan adalah sumber segala kebahagiaan sebagaimana kata Mazmur 1611 - “... di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”. Ketiga, Neraka adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang luar biasa hebatnya. Bahwa neraka adalah tempat yang demikian ditunjukkan lewat sejumlah ayat Kitab Suci perhatikan bagian yang saya tebalkan Matius 2546 - Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." Matius 1342 - Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Matius 2541 - Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Markus 947-48 – 47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, 48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Matius 2213 - Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Keempat, Penderitaan dalam neraka bersifat selama-lamanya. Wahyu 1411 - Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa,…." Jadi di dalam neraka tidak ada istrahat, tidak ada pengurangan rasa sakit dan juga tidak ada harapan untuk keluar dari sana. Kalau saudara masuk ke sana, saudara akan selama-lamanya ada di sana. Jonathan Edwards dalam khotbahnya yang terkenal Sinners in the Hands of an Angry God’ berkata tentang orang yang masuk ke dalam neraka sebagai berikut “Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan / mengerikan untuk menderita kehebatan dan murka Allah yang mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus menderitanya sampai kekal... kamu akan benar-benar putus asa untuk bisa mendapatkan pembebasan, akhir, pengurangan / peringanan hukuman, istirahat. Kamu pasti akan tahu bahwa kamu akan menjalani zaman-zaman yang panjang, berjuta-juta zaman, dalam pergumulan dan pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini; dan bila kamu telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui dengan cara ini, maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik dibandingkan dengan waktu yang tersisa. Dengan demikian hukumanmu itu betul-betul tidak terbatas”. Jadi kita semua yang berdosa seharusnya masuk ke dalam neraka ini, tanpa terkecuali, tidak peduli apa pun yang kita lakukan, berapa banyak pun perbuatan baik kita. Dosa tetap dosa yang harus dihukum oleh Allah yang Maha adil dan Maha suci. Tetapi Allah bukan hanya Allah yang adil dan suci, Dia juga Allah yang kasih. Karena Dia kasih, maka Dia tidak mau manusia mengalami penderitaan seperti ini selama-lamanya di neraka. Kasih-Nya membuat Ia mau membebaskan manusia dari hukuman dosa. Tetapi kalau manusia dibebaskan dari hukuman, berarti Allah menjadi Allah yang tidak adil lagi karena tidak menghukum dosa, dan Allah tidak mungkin melakukan ini. Di sini terdapat ketegangan dan kontradiksi’ antara keadilan dan kasih Allah. Bagaimana supaya Allah tetap adil dan kasih? Bagaimana supaya Allah tetap menghukum dosa dan pada saat yang sama manusia dibebaskan dari hukuman dosa? Jalan keluarnya adalah harus ada seorang pengganti yang siap menggantikan posisi manusia untuk menerima hukuman Allah supaya Allah tetap menghukum dan manusia tidak jadi dihukum. Pengganti itu haruslah memenuhi 2 persyaratan 1 Ia harus manusia. Karena manusialah yang berbuat dosa. Bukan binatang, bukan juga malaikat yang berbuat dosa melainkan manusia. 2 Ia harus tidak berdosa. Jika ia mempunyai dosa 1 saja, ia tidak layak menjadi pengganti. Ia sama seperti semua manusia lainnya yang membutuhkan pengganti. Lalu, di manakah mendapatkan seseorang yang memenuhi 2 persyaratan ini? Di dunia ini ada banyak manusia tetapi semuanya berdosa. Berarti syarat pertama dipenuhi tetapi syarat kedua tidak dipenuhi. Kalau begitu coba dicari di surga. Ada Allah di sana yang tidak berdosa, tetapi Ia bukan manusia. Berarti syarat kedua dipenuhi tetapi syarat pertama tidak dipenuhi. Jadi bagaimana? Semua manusia berdosa. Allah tidak berdosa tetapi Ia bukan manusia. Satu-satunya cara adalah Allah harus menjadi manusia. Karena Dia adalah Allah maka Dia tidak berdosa, dan karena Dia menjadi manusia maka sekarang ada manusia yang tak berdosa. Itulah manusia Yesus Kristus, manusia tidak berdosa itu. Ia datang ke dalam dunia untuk menjadi pengganti bagi kita dalam menerima semua murka / hukuman Allah atas dosa sehingga kita yang berdosa tidak jadi masuk neraka. gadget, bisnis, otomotif Inilah alasan mengapa Allah menjadi manusia. Inilah tujuan Yesus datang ke dalam dunia supaya Ia menjadi pengganti manusia berdosa dalam menerima hukuman Allah. Dan karena itu maka Ia menjadi Juru selamat dunia. Itulah sebabnya pada Natal yang pertama, gembala-gembala menerima berita sebagaimana dicatat dalam Lukas 210-11 – 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa 11 Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Demikian juga kata-kata yang disampaikan malaikat kepada Yusuf “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Matius 121. Yesus ini pada akhirnya menerima seluruh murka Allah atas dosa seluruh umat manusia dengan kesengsaraan dan kematian-Nya di atas kayu salib, tetapi dengan itu Ia justru menjadi penyelamat dan penebus dosa manusia. Sekarang yang dituntut dari setiap orang adalah iman dan kepercayaan kepada Dia. Barang siapa percaya kepada Yesus, Yesus menjadi Juru selamatnya dan seluruh dosanya sudah dipikul Kristus dan karena itu maka orang seperti ini tidak akan pernah masuk ke dalam neraka melainkan akan menikmati hidup kekal di surga. Tetapi barang siapa yang tidak mau percaya/menolak Dia, Ia tidak menjadi Juru selamat atas mereka, Ia tidak membayar dosa-dosa mereka, merekalah yang harus membayar setiap dosanya hingga sen yang terakhir dengan terlempar ke dalam neraka untuk selama-lamanya. Yohanes 316 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sudahkah saudara percaya kepada Yesus Kristus? Sudahkah saudara mempunyai Sang Juru selamat itu di dalam hati saudara? Jika belum, Natal sama sekali tidak mempunyai arti bagi saudara. Jangan lewatkan Natal tahun ini tanpa Kristus menjadi Juru selamatmu. ALASAN ALLAH HARUS MENJADI MANUSIA YOHANES 114;1TIMOTIUS 316. Selamat Hari Natal!
Firman Allah menjelma jadi manusia Yohanes 114 yang dalam istilah teologis “Inkarnasi,” “Menjadi Daging,” ternyata dikandung oleh seorang Perawan atau Dara bernama Maria Lukas 1 27,31. Ini berarti bahwa yang dikandung Maria dan tinggal dalam rahimnya itu adalah “Firman Allah” yang adalah “Allah” Yohanes 11 yang “menjadi manusia” Yohanes 114 yakni “mengosongkan Dirinya sendiri dengan mengambil rupa sebagai hamba dan menjadi seperti manusia” Filipi 27. Karena Allah itu tak berubah Maleakhi 36, maka ke-Allah- an dari Firman Allah itu pun tidak berubah. Dia adalah Allah sebelum dikandung oleh Perawan Maria. Dia adalah Allah ketika berada di dalam kandungan Perawan Maria, dan Dia tetap Allah ketika mengenakan tubuh Jasmani yang diambil Galatia 44 dari rahim Maria sehingga Dia disebut sebagai “buah rahim” Maria Lukas 142, serta lahir berwujud manusia. Sehingga di “dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an” Kolose 29. Dengan demikian melalui kelahiran-Nya oleh Perawan Maria ini, “di dalam Yesus itu” “berdiam” hanya ada “Satu Pribadi” “dalam Dia” bukan “dalam mereka” namun yang memiliki “dua kodrat” yaitu “Manusia” “secara jasmaniah” yang diambilnya dari Perawan Maria melalui kelahiran-Nya dan “Allah” yang merupakan Firman dan Firman itu adalah Allah Yohanes 11. Sehingga Maria dapat disebut “Tokos” = “Yang Melahirkan/ Yang Memberi Kelahiran”; dan “Theo” “seluruh kepenuhan ke-Allah-an”. Jadi, Maria disebut sebagai “Theotokos,” sebab ternyata dalam diri Anaknya yang berwujud manusia sempurna itu berdiam “seluruh kepenuhan ke-Allah-an” yaitu memiliki kodrat Allah yang sepenuh-penuhnya. Jelaslah bahwa Yesus Kristus itu adalah “Manusia” dan “Allah” sekaligus, oleh karena itu ibunya memang harus diberi gelar “Theotokos.” Gelar Theotokos ini justru dapat membentengi kesempurnaan kemanusiaan dan sekaligus kesempurnaan ke-Allah-an Yesus Kristus dalam Satu Pribadi. Dengan demikian manusia dan Allah telah “manunggal” dalam Satu Pribadi Sang Kristus dan jurang pemisah antara Allah dan Manusia akibat dosa sudah tertutup sehingga Sang Kristus memang menjadi Pengantara antara Allah dan Manusia 1 Yohanes 21-2. Dan gelar Sang Theotokos adalah benteng kokoh yang melindungi kebenaran ke “Allah-Manusia” an Yesus Kristus dalam “Satu Pribadi” itu. Ketika gelar Theotokos dibuang dari Maria dan dicampakkan dari pemahaman theologis, maka akan terjadi kacau-balau dalam pemahaman Kristologis, seperti yang kita lihat dalam kesiampangsiuran pemahaman Kristolologis yang muncul sejak abad kesembilan belas sampai kini ini dalam liberalisme theologia di Eropa dan munculnya sekte-sekte di Amerika. Karena benteng yang melindungi keutuhan makna theologis mengenai Kristus yaitu “Maria” dengan gelar “Theotokos” nya itu dibuang, dinjak-injak, dan diabaikan. Firman yang menjadi manusia itu disebut Anak Allah Yang Mahatinggi Lukas 132. Anak Allah ini adalah satu hakikat dengan Allah Bapa namun tidak identik atau sama dengan Allah Bapa. Anak Allah itu tidak beda sifat hakikat-Nya dari Allah Bapa, dikatakan demikian oleh ayat-ayat Kitab Suci “…. Firman itu adalah Allah” Yohanes 11; “Aku Firman Allah yang menjelma dan Bapa Allah adalah satu… Jawab orang Yahudi …. Engkau Yesus Kristus = Firman Allah menjelma …. menyamakan diri-Mu dengan Allah bukan “mengidentikkan pribadi dengan Bapa”, menyamakan di sini dalam arti sama hakikat-Nya dengan Allah sebagai Firman Allah” Yohanes 1030,33; Tomas menjawab Dia Yesus Kristus = Firman Allah menjelma ” Ya Tuhanku dan Allahku” Yohanes 2028; “…. Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia…. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin ” Roma 95; “…. Yesus, dalam rupa Allah…kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik….” Filipi 25-6; “… Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar….” I Yohanes 520. Dan Anak Allah itu berbeda dengan Allah Bapa dijelaskan oleh Kitab Suci sebagai berikut “…. Engkau Yesus Kristus = Firman yang menjelma … guru yang diutus Allah …” Yohanes 32; “…. Allah…. mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal Firman-Nya yang Satu-satunya = Yesus Kristus Yohanes 316; “…. Allah mengutus Anak-Nya Firman-Nya ke dalam dunia…” Yohanes 317; “Bapa Allah mengasihi Anak Firman ….” Yohanes 335; “…. percaya kepada Dia Allah = Sang Bapa yang mengutus Aku Yesus Kristus = Firman yang menjadi manusia… Yohanes 524; “… mengenal Engkau Bapa =Allah satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus Firman Allah yang menjelma yang telah Engkau Allah = Bapa utus” Yohanes 173; “… Aku Yesus = Firman menjelma akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” Yohanes 2017; “… Bapa Allah lebih besar dari pada Aku Yesus Kristus = Firman Allah yang menjelma” Yohanes 1428. Masih banyak data Kitab Suci yang lain yang menunjukkan hal tersebut. Firman Allah itu bukan Allah yaitu bukan Sang Bapa namun tak berbeda dari Allah yaitu satu hakikat dengan Sang Bapa, maka keadaan Yesus sebagai Firman yang azali ini disebut “Allah” yang artinya Dia sudah ada sejak kekal dan melekat satu di dalam hakikat Allah yang Esa Sang Bapa itu. Jadi, yang dimaksud “Allah menjadi manusia” dalam iman kita adalah “Firman Allah” yang ber-hypostasis, yang memiliki sifat ilahi yaitu kekekalan, telah “turun” sebagai manusia sejati yaitu Yesus Kristus. Jadi, bukan Allah yang Maha Esa Sang Bapa itu yang menjadi manusia, namun “Firman-Nya” yang dalam istilah teologis “Anak” itu yang turun ke atas bumi. Inkarnasi niscaya menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Melalui inkarnasi manusia dan Allah telah “manunggal” dalam Satu Pribadi Sang Kristus dan jurang pemisah antara Allah dan manusia akibat dosa sudah tertutup sehingga Sang Kristus memang menjadi Pengantara antara Allah dan manusia 1 Yohanes 21-2. Dengan kata lain, inkarnasi membawa keselamatan bagi manusia karena manusia dapat kembali kepada Allah. Seperti apa keselamatan itu? Kemanusiaan yang dikenakan Firman Allah dalam inkarnasi-Nya itu adalah kemanusiaan yang baru, suatu kemanusiaan yang seharusnya dicapai oleh Adam seandainya Adam tidak jatuh dalam dosa. Itulah kemanusiaan yang sekarang harus menjadi tujuan akhir kita dalam mencapai keselamatan yaitu kemausiaan baru dalam Adam yang baru Yesus Kristus Roma 5 12-21; 2 Korintus 517; Efesus 215; 424. Sehingga hanya dengan menyatu dan manunggal dengan Yesus Kristus sajalah keselamatan itu mungkin bagi kita Roma 6 3-5. Perbuatan baik dan amal manusia pada dirinya sendiri tanpa menyatu dengan Kristus ini tak akan membawa keselamatan Efesus 2 8-9. Tak ada perbuatan baik satu pun yang dapat memuliakan manusia sebab sumber pemuliaan itu adalah tubuh kemanusiaan Kristus yang telah dimuliakan itu. Keselamatan tak akan didapat melalui perbuatan baik dan amal jasa manusia saja. Dengan menjaga makna Pribadi Yesus Kristus yang satu dengan dua kodrat yang tak pernah berubah, berbaur, kacau, maupun terpisah-pisah demikian sajalah keselamatan itu mungkin bagi manusia. Dengan demikian mulai dari Ireneus dan seluruh abad sejarah Kekristenan para Bapa Gereja selalu menegaskan, “Anak Allah menjadi Manusia agar manusia boleh menjadi anak-anak Allah,” “Allah menjadi manusia agar manusia boleh menjadi seperti Allah,” “Yang Roh menjadi yang daging agar yang daging ini boleh ambil bagian di dalam sifat dan kodrat yang Roh,” “Apa yang dimiliki Allah secara kodrat-Nya itu diberikan kepada manusia melalui rahmat kasih karunia/anugerah-Nya.” Keselamatan itu bukan hanya sekedar status yang diberikan misalnya “orang berdosa yang dibenarkan” saja namun kodrat kemanusiaan yang dipulihkan menjadi ciptaan atau manusia baru yang terus menerus diperbarui Kolose 310. Keselamatan itu bukan sesuatu yang dituangkan dari luar, namun penyembuhan yang dimulai dari dalam. Keselamatan itu bukan hanya sekedar masuk surga lepas dari neraka, namun manunggal dalam hidup ilahi itu sendiri dan menyatu dalam gemilang kemuliaan kodrat-Nya” “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” – 2 Petrus 14. Keselamatan adalah pelepasan dari kuasa Iblis, dosa, kelapukan tubuh, kefanaan hidup, dan kematian serta dimanunggalkan dengan tubuh kebangkitan Kristus dan dengan demikian manunggal dengan hidup ilahi mencapai “theosis”. Kiranya hari Natal yang kita peringati bulan ini membawa kita masuk dalam penghayatan tentang siapa Yesus Kristus dan mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar Filipi 212. Amin!
Allah adalah kasih. Semua agama menggaungkan kalimat luhur ini. Tapi pernahkah teman-teman merasakannya? Pernahkah teman-teman selidiki buktinya? Di bagian pertama, saya telah membahas tentang satu buktinya. Buktinya Allah adalah kasih adalah bahwa Allah mati bagi manusia. Kali ini saya akan membahas bukti kedua bahwa Allah adalah kasih, yaitu Allah menjadi manusia. Bagaimana Menunjukkan Kasih itu? Beberapa hari yang lalu, saat bertugas mematikan-menghidupkan saklar lampu panggung di Gereja, saya mendengar percakapan seorang guru sekolah minggu dengan anak sekolah minggu. Kebetulan tempat pengaturan saklarnya itu sangat dekat dengan kelas sekolah minggu anak balita. Saya mendengar si kakak sekolah minggu yang kini bersekolah Doktor di Jepang, berbicara manja kala bercerita cerita Alkitab kepada anak-anak. Suaranya dibuat seperti anak kecil. Saya berpikir, mungkin ini adalah salah satu cara si kakak sekolah minggu menjelaskan kepada anak-anak. Supaya anak balita mudah mengerti, maka kakak sekolah minggu menempatkan diri seperti anak-anak. Kakak sekolah minggu menjadi seperti anak-anak. Ilustrasi seorang ibu bermain dengan anak Allah menjadi manusia Saya juga jadi teringat bagaimana seorang ibu ketika menenangkan bayi yang menangis. Si ibu pasti memasang wajah yang lucu dan bodoh, berusaha membuat sang bayi berhenti menangis. Si ibu juga tidak jarang mengambil mainan bayi dan memainkannya di depan sang bayi. Nyanyi “nang ning ning nang ning nung”, berbicara bahasa bayi, berusaha memahami dunia sang bayi, jadi seorang bayi. Untuk apa sih kakak sekolah minggu atau seorang ibu bertindak seperti itu? Untuk apa mereka menjadi bodoh, jadi seperti anak-anak? Untuk apa mereka berbicara dan bernyanyi seperti anak-anak? Jawabannya mungkin karena mereka ingin menunjukkan kasihnya pada sang anak bayi tersebut. Menunjukkan kasih kepada seorang bayi tidak bisa dengan memberikan mainan saja. Tidak bisa hanya membelikan makanan bergizi atau keperluan lainnya. Kasih pada seorang bayi hanya bisa ditunjukkan dengan berbicara kepada sang bayi. Berusaha memahami apa keinginannya, bagaimana perasaannya yang sebenarnya, bernyanyi dan tertawa bersama sang bayi. Hanya inilah cara menunjukkan kasih itu. Ketika Allah Menjadi Manusia Sekarang kita kembali pada pokok pembahasan kita tentang Allah adalah kasih. Kalau Allah adalah kasih, Dia tidak bisa hanya berdiri dari jauh dan menyediakan keperluan kita. Dia juga tidak bisa hanya menyuruh ini dan itu sambil berkata semua demi kebaikan. Sama seperti seorang ibu yang harus jadi seperti bayi, kalau Allah ingin menunjukkan kasih-Nya, satu hal yang mesti Dia lakukan Allah menjadi manusia. Allah harus jadi seperti manusia. Allah harus ada di dunia manusia, merasakan kelemahan manusia, rasa lapar, haus, sakit, terluka, disakiti. Allah harus ada di dunia manusia, merasakan kekosongan dan ketidakberdayaan manusia. Allah menjadi manusia dan hidup layaknya manusia. Dengan jadi seperti manusia, Allah bisa dengan mudah mengajarkan pribadi Allah dan kasih Allah. Tidak dengan rasa takut atau kegentaran, namun dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh manusia. Dengan Allah menjadi manusia, manusia dapat merasakan kehadiran Allah tanpa ada rasa takut. Merasakan berkat Allah secara langsung. Memahami keinginan dan perintah Allah dengan mudah. Merasakan sendiri bahwa Allah adalah kasih. Dengan Allah menjadi manusia, Allah bisa menunjukkan kasih-Nya. Allah adalah kasih. Semua agama menyerukan hal yang sama. Tapi apakah teman-teman menemukan buktinya? Hanya dalam agama Kristen saja kita menemukan bukti Allah adalah kasih. Allah adalah kasih sebab Allah menjadi manusia. Inkarnasi Allah menjadi manusia Sumber Gambar Artikel dengan tema yang sama Apa kata Alkitab tentang Allah adalah kasih? Kalau Allah adalah kasih, Yesus harus mati Mengapa kematian dapat membuktikan kasih Allah? Kalau Allah adalah kasih, Allah harus menjadi manusia Recommended for you
Allah Menjelma menjadi Manusia karena Ia Mengasihi Kita Renungan Masa Natal, Jumat 3 Januari 2020 — Bacaan I 1 Yoh. 229 – 36; Injil Yoh. 129-34 Baca JugaDeklarasi – Renungan Pesta Pembaptisan TuhanKasih dan Kisah – Renungan Hari Biasa Masa NatalTerapkan 3MTB demi dapat Hidup dalam Kebenaran yang Sejati Kita masih berada pada masa Natal. Natal adalah peristiwa di mana Allah yang Mahakuasa menjelma menjadi manusia. Dengan menjadi manusia seperti kita, Ia ingin menunjukkan betapa Ia mengasihi kita. Jadi, karena kasih-Nya kepada kitalah makanya Ia turun ke tengah-tengah kita dan menjadi manusia sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Kasih Allah itu menjadikan kita anak-anak-Nya. Sebagai anak-anak Allah, kita yakin dan percaya bahwa Allah mempunyai rencana dan rancangan yang indah bagi kita. Hanya saja, kita sendiri tidak tahu persis apa sebetulnya rencana dan rancangan yang Allah siapkan untuk kita itu. Ya, kita tidak pernah tahu bagaimana masa depan kita, karena hal itu masih merupakan misteri bagi kita. Namun demikian, dengan kelahiran Kristus di tengah kita, kita mempunyai pengharapan di dalam Dia. Kita percaya bahwa Yesus tahu semua persoalan kita dan peduli pada keadaan kita sebab Ia sendiri merasakan apa yang kita rasakan. Kita menaruh harapan pada Yesus. Satu hal yang perlu kita ingat yaitu bahwa orang yang menaruh pengharapan pada Kristus harus menyucikan diri, sama seperti Dia suci adanya. Kita beruntung karena Yesus datang untuk menebus dosa-dosa kita. Dia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Yohanes Pembaptis memperkenalkan peran Yesus sebagai penebus dosa. Dengan kelahiran Kristus, martabat kita diangkat; sehingga kita yang tadinya penuh dengan dosa, tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang melulu berdosa. Sebaliknya, predikat kita sebagai ciptaan yang sungguh amat baik’ sebagaimana ditulis di dalam Kitab Kejadian, dikembalikan. Sebab, Yesus lahir untuk menjadi tumbal atas salah dan dosa kita. Dulu, sebelum Yesus lahir, setiap kali orang melakukan kesalahan, maka kambing atau domba harus dikurbankan sebagai korban tesus salah. Sejak Yesus, tidak ada lagi hewan yang dikurbankan; sebab Yesus adalah satu-satunya kurban atas tebus dosa dan salah umat-Nya. Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus datang kepadanya, ia berkata “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” Yoh. 129. Kata-kata Yohanes ini dipakai dalam Ekaristi. Ketika imam mengangkat piala dan hosti, imam berkata “Lihatlah, inilah Yesus Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya.” Kita tentu senang karena dosa kita ditebus. Tapi, tidak hanya senang, kita juga harus berupaya untuk menyelaraskan hidup kita dengan apa yang diajarkan oleh Yesus. Jufri Kano, CICMTerlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" Luk. 55. Penulis dapat dihubungi via email jufri_kano
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Setelah saya selidiki dan cari di Alkitab memang tidak ada perkataan yang menyatakan bahwa Allah berubah menjadi manusia. Dan memang scr logika Allah tidak mungkin berubah karena perubahan hanya terjadi pada hal-hal yg fana, yg berada di dalam atau dibatasi oleh ruang dan seandainya saya bisa berubah menjadi seekor kucing maka saya-manusia hilang, dan muncul seekor kucing ; nature manusia berubah menjadi nature kucing ; jika saya-kucing itu ada di rumah saya, maka anda tidak akan menemukan saya-manusia di rumah saya, demikian sebaliknya. Tetapi tidak demikian dgn nature Allah ; Allah tetap Allah sampai selamanya ; Allah itu kekal dan tidak pernah dan tdk akan berubah apalagi berubah menjadi sesuatu yg lain, manusia, misalnya..Karena itu Alkitab tidak pernah menyatakan Allah berubah mejadi manusia. Yg dikatakan Alkitab adalah bahwa Yesus datang dari Allah, dari surga sebagai manusia. Itulah sebabnya manakala Alkitab hendak menjelaskan bahwa Yesus itu mempunyai nature Allah di balik nature manusia, ia mengambil jalan yg berputar tidak langsung supaya tdk terjadi salah pengertian, beginilah kutipan dari Injil “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.....Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran...”Yg menjadi manusia adalah Firman Allah, bukan nature Allah. Dikatakan bhw Firman Allah itu adalah permulaan segala sesuatu ; bhw Firman itu ada bersama2 dgn Allah ; Firman itu adalah mempunyai nature Allah. Firman Allah dan Allah jelas adalah satu, tak terpisahkan, tapi keduanya dapat dibedakan. Jadi jelas yg menjadi manusia adalah Firman Allah, bukan nature Allah itu sendiri. Nature Allah yg mengenakan nature manusia, itulah Yesus, Anak Allah, Firman Allah yg menjadi daging manusia.Jadi tidak benar tuduhan bahwa orang Kristen mempunyai lebih dari satu Allah, Alkitab tdk pernah mengatakan seperti itu. Apalagi jika dikatakan bhw kita percaya bhw Allah itu beranak seperti manusia, dan bahkan mempunyai istri! itu merupakan suatu fitnah atau karena ketidaktahuan/kebodohan dari si penuduh, salah satu dari itu. Sebodoh2nya orang Kristen tdk mungkin mempunyai kepercayaan seperti itu. Tidak demikian, melainkan kita percaya bhw Allah kita esa. Hanya keesaan Allah tdak sama dgn keesaan sebuah batu atau seekor mahkluk bersel satu misalnya. Keesaan Allah adalah keesaan Sang Pencipta, tdk sesederhana keesaan mahluk ciptaan. Allah adalah super-personal, bukan sekedar mahkluk personal seperti manusia dan jauh lagi, Alkitab tdk pernah menjelaskan seperti apa keadaan Allah itu kecuali menyebutkan peran2 Allah, spt seorang Bapa, Gembala, dsb, karena Allah tdk bisa disamakan dgn apa pun. Karena itu pula Alkitab juga sebenarnya tdk pernah menyebut2 kata atau istilah trinitas, apalagi menjelaskan konsep trinitas. Bayangkan jika kita mau mencoba menjelaskan tentang internet kepada seorang yg datang dari sebuah suku primitif, yg hanya mempunyai kosakata/vocabulary yg sangat terbatas. Sekali pun kita meguasai bahasa orang itu kita tidak mungkin bisa membuatnya benar2 mengerti tentang internet. Di antara mahkluk dalam level yg sama saja ada kesulitan komunikasi spt itu. apalagi antara yg berbeda level. Ada perbedaan yg jauh antara level kita dan level Allah Sang Pencipta ; ada gap yg sangat jauh antara nature Allah dan nature manusia ciptaannya. Tetapi FirmanAllah yg di atas turun kepada manusia yg di bawah, sehingga kedua nature itu menyatu dalam diri Yesus Kristus, itulah Firman yg menjadi manusia, nature Allah yg mengenakan nature manusia. Mengapa tidak mungkin Firman menjadi atau datang ke dunia sebagai manusia? Bukankah Allah menciptakan segala sesuatu hanya dengan berfirman ; segala sesuatu dijadikan Allah dgn perantaraan Firmannya. Dan sekarang Friman itu telah menjadi manusia, tinggal di tengah2 kita ras Kristus telah diutus dari surga sebagai Penyelamat umat manusia. Yesus mengenakan nature manusia agar dalam nature itu ia yg sesungguhnya tdk mengenal dosa, disalibkan dan mencicipi maut dan masuk ke alam kubur dan kemudian bangkit kembali; semua itu dilakukannya demi kepentingan mereka yg mempunyai nature manusia. Dgn demikian ia yg tdk berdosa telah mati untuk menebus dosa mereka yg berdosa. Itulah jalan dan cara Allah menyelamatkan manusia. Mengapa ada orang yg mempertanyakannya? Itu adalah hikmat dan kedaulatan Allah. Lihat Humaniora Selengkapnya
allah menjelma menjadi manusia